Selasa, 04 Januari 2011

Meresap Makna Natal 2010 di Kampung Halaman

          Sejenak aku menyempatkan diri untuk meninggalkan rutinitas kuliah di ibu kota guna menyegarkan pikiran di kampung halaman. Tak lupa aku menjabat tangan teman-teman di asrama satu per satu guna meminta maaf dan berpamitan.
          22 Desember 2010. Kumulai perjalanan senangku menyusuri jalan menuju kampung halaman. Aku memilih menaiki kereta kelas ekonomi yang berfasilitaskan angin alami dari lubang jendela kereta. Ya, selain harga tiket yang murah aku sekaligus bisa menghemat biaya perjalanan. 
          Kereta yang hendak ku naiki direncanakan berangkat Pukul 14:00. Karena takut tak dapat tempat duduk, aku masuk kereta Pukul 13:00, kukorbankan merasakan hawa panas di dalam kereta untuk menunggu. Pukul 14:00 kereta yang dinaiki kurang lebih 800 orang ini berangkat. Angin dari luar pun semilir mulai menyapaku dengan ramah. Kurasakan kedamaian hati ketika kulihat hamparan petakan sawah yang hijau membentang mengitari sisi kanan dan kiri kereta kami. Tak henti-hentinya hilir mudik penjual menjajakan dagangannya. Sungguh suasana yang mengembalikan segala inspirasi dalam pikiranku. 
          Tak berhenti aku terus melihat semua pemandangan di luar kereta. Tak berhenti juga di dalam hatiku berandai-andai jika aku naik kereta bersama orang yang aku cintai, pasti sangat berkesan. Kapan itu terjadi? Aku hanya bisa menjawab,"Tak tau...". "Lontong pecal...lontong pecal....",teriak seorang ibu penjual lontong pecal. Langsung aku berkata, " 1 ya bu!", kuambil uang Rp 5000,- dari saku. Aku menikmatinya sambil melihat pemandangan manusia-manusia berwajah lelah di bilik tempat duduk kereta yang berjajar dalam 1 gerbong. 
           Tak lama kemudian Pukul 18:00 rasa penat dan lelah menghampiriku, langsung saja aku regangkan otot-ototku yang kaku dan memastikan posisi yang bagus untuk sejenak memejamkan mata. Angin malam yang buruk kutangkal dengan jaket pemberian kawan lamaku...."hhhmm nikmatnya"...gumamku....Malam di kereta sungguh mengasyikkan, keheningan malam terpecah [...]
dengan suara rel yang berderak mendamaikan jiwa, tak hentinya juga para penjaja makanan dan minuman hilir mudik di sela sadarku.
            Mentari Pagi mulai membangunkanku, hangatnya menyentuh wajah lelahku. Kulihat lagi hamparan hijau membentang diiringi kicauan burung belibis di tengah sawah. "Sebentar lagi keretaku sampai di Kota mungilku, tak sabar rasanya..." cakapku dalam hati. 
             Tepat Pukul 10:00 keretaku sampai di Stasiun Kota Baru. Kuhirup dalam-dalam udara sejuk kotaku, dan aku berkata,"masih sama seperti yang dulu". 
             Sampai juga aku di rumah. Disambut oleh adik perempuanku yang beranjak dewasa dan kedua saudara laki-laki. Langsung sesaat adik perempuanku berinisiatif meracik soto ayam makanan favoritku.
             Saling bercerita kami lakukan di kamar yang 1,5 tahun kutinggalkan. Aku belum bisa bertemu mama karena belum pulang mengajar. Sampai akhirnya aku lelah dan tertidur pulas ditemani boneka adikku yang berantakkan di kasurku.
            Malam Natal pun tiba, malam yang penuh dengan suka, malam yang penuh syukur, malam yang penuh dengan keagungan. Aku berkumpul bersama keluarga menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh mama dan ibu (panggilan untuk nenk). Ya, malma yang penuh dengan kedamaian. Pukul 21:00 kami mulai bersiap diri untuk berangkat menghadiri Misa Malam Natal di Gereja Katedral Ijen. Suasana yang kudus pun mengitari upacara doa menjelang kelahiran Sang Juruselamat Dunia, Yesus Kristus. Khusuknya malam itu seakan ingin berkata bahwa aku adalah salah seorang dari karya keselamatan Tuhan. “Terimakasih Tuhan”, gumamku.
            Malam yang penuh dengan penyejukan jiwa. Keesokan harinya tepat tanggal 25 Desember 2010, aku dan keluarga berkumpul untuk menikmati hidangan bersama, sungguh damai, karena yang biasanya ibu dan mama bertengkar, mereka jadi akur kembali. Puji Tuhan..:). Namun sayangnya aku harus mulai memersiapakan pakaian untuk kembali menjalani rutinitas di kota metropolitan itu. Memang hati sedih bercampur gundah aku rasakan ketika akan meninggalkan saudaraku, tapi aku tak ada pilihan mengingat ada acara di perusahaan yang mendonori aku berkuliah di Universitas Paramadina.
            Banyak hal yang dapat aku rasakan bahkan makna yang dapat aku resapi untuk bekal di kemudian hari, yaitu petuah-petuah dari mama yang tak pernah hilang karena selalu terngiang dalam telingaku. Aku harus lulus dengan nilai yang baik, menjadi orang yang selalu lebih baik. Dengan doamu Ma, aku akan mengarungi hidup ini.
AKU SIAP JADI YANG MAMA MINTA!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!
            
 
    


    



One Response so far.

  1. manueL says:

    Setuju !!!!!!
    Memang..hal yang bisa membuat kita bahagia didunia ini hanyalah keluarga..Hari Raya merupakan hari terbesar dalam hidup seseorang, hari itu adalah hari yang sangat mengembirakan bagi semua orang, tapi kebahagiaan itu akan kurang lengkap jika tanpa adanya keluarga. Keluarga adalah no 1....
    :)

Leave a Reply

 
 

Kampus Tercinta

www.kampusparmad.com